Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Soedjito, 1995: 109)
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. (Ramlan, 1985: 57)
Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. (Muslich, 1990: 48)
Proses reduplikasi yaitu pengulangan satuan gramatikal, baik selurunya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. (Solichi, 1996: 9)
Reduplikasi ialah proses pengulangan bentuk yang terjadi pada keseluruhan bentuk dasar atau sebagian saja, mungkin diikuti oleh variasi fonem atau pun tidak. Bentukan yang terjadi dari hasil reduplikasi disebut kata ulang (Ahmadslamet, 1980:61; Pamlan,1983:55)
Reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-rumah, tetamu, dan bolak-balik. (Kridalaksana, 1983: 143)
Reduplikasi (kata ulang) adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. (Chaer, 1994:182).
Jadi, kata ulang ialah kata hasil perulangan bentuk dasar baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak yang membentuk sebuah kata.
Pembahasan
Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses morfo1ogis yang banyak terjadi pada bahasa-bahasa di dunia. Reduplikasi ialah proses pengulangan bentuk yang terjadi pada keseluruhan bentuk dasar atau sebagian saja, mungkin diikuti oleh variasi fonem atau pun tidak. Bentukan yang terjadi dari hasil reduplikasi disebut kata ulang (Ahmadslamet, 1980:61; Pamlan,1983:55) sedangkan bentuk (satuan) yang diulang disebut bentuk dasar (Ramlan, 1983:55). Ciri umum dari kata ulang sebagai proses pembentukan kata ada empat, yaitu:
- Menimbulkan makna gramatis
- Terdiri lebih dari satu morfem (polimorfemis)
- Selalu memiliki kata dasar
- Pengulangan tidak mengubah golongan kata atau kelas kata.
- Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
- Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Sebagai gambaran untuk mempertegas definisi di atas, perhatikan tabel di bawah ini.
Bentuk Dasar
|
Kata Ulang
|
Duduk
|
Duduk-duduk
|
Berjalan
|
Berjalan-jalan
|
Anak
|
Anak-anakan
|
Lauk
|
Lauk-pauk
|
Masalah Bentuk Dasar Kata Ulang
Kalau kita tinjau berbagai buku tata bahasa, di antara mereka terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan atau membagi-bagi kata. Sebagai contoh, kata berjalan-jalan oleh Gorys Keraf (1982:120) dan Alisahbana (l954:68) dimasukan ke dalam macam kata ulang berimbuhan, sedangkan Slametmulyana (1957:38), Ramlan (1983:57), dan Ahmadslamet (1982:61) menggolongkannya ke dalam kata ulang sebagian.
Perbedaan pengklasifikasian atau penggolongan sperti di atas disebabkan oleh bedanyasistem konsepsi (Parera, 1980:40). Keraf dan Aliisjahbana berdsarkan pada konsepsi kata dasar, sedangkan Slametulyana, Ramlan, dan Ahmadslamet. berlandaskan pada bentuk dasar. Kata dasar merupakan istilah dalam tata bahasa tradisional yang maknanya hampir sama dengan bentuk bebas yakni kata yang belum mengalami perubahan atau penambahan. (Alisahbana, 1954:6). Umumnya kata dasar bahasa Indonesia dan juga semua bahasa yang sekeluarga dengan bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata (Keraf,1982:51) .
Dengan berbedanya konsepsi dalam membahas pengulangan, maka jelaslah hasilnya pun akan berbeda. Berdasarkan hasil teori, saya cenderung terhadap pendapat yang menggunakan bentuk dasar sebagai konsepsi penggolongan pengulangan. Dengan perkataan lain, bentuk dasar pengulangan mungkin merupakan bentuk (satuan) yang bermorfem tunggal mungkin pula jamak.
Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Untuk mementukan bentuk dasar suatu kata ulang, Ramlan, (1983:57) rnenggunakan dua prinsip. Kedua prinsip tersebut ialah:
- Reduplikasi (pengulangan) pada dasarnya tidak mengubah golongan atau jenis kata. Dengan berpegang pada prinsip tersebut dapatlah ditentukan jika kata ulang itu termasuk jenis kata kerja, maka bentuk dasarnya pun kata kerja. Jika kata ulang tersebut termasuk kata benda, maka bentuk dasarnya pun kata benda. Perhatikan contoh-contah berikut!
berkata-kata (k. kerja): bentuk dasarnya berkata (kata kerja) bukan kata (kata benda)
gunung-gunung (k. benda): bentuk dasarnya gunung (kata benda)
kemerah-merahan (k. sifat): bentuk dasarnya merah (k. sifat )
melemparkan (k. kerja): bentuk dasarnya melempar (k. kerja)
pemikiran-pemikiran (k. benda) : bentuk dasarnya pemikiran (k. benda)
Bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk (satuan) yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contohnya:
mempertahan-tahankan : bentuk dasarnya mempertahankan bukan memertahan karena tidak terdapat di dalam pemakaian bahasa
rnengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan
berdesak-desakkan : bentuk dasarnya berdesakkan
Macam-macam Pengulangan
Pengulangan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi empat macam. Pembedaan ini ditinjau dari cara mengulang suatu bentuk dasarnya. Berikut ini paparan keempat macam pengulangan tersebut.
Pengulangan Utuh atau Pengulangan Seluruhnya
Pengulangan utuh atau pengulangan seluruhnya yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan juga tidak berkombinasi dengan proses afiksasi. Hasilnya disebut kata ulang seluruhnya atau kata ulang utuh, istilah Keraf (1982:119) dwilingga, sedangkan Parera (1982:52) menyebutnya bentuk ulang simetris.
Contohnya:
tong → tong-tong
buku → buku-buku
kebaikan → kebaikan-kebajkan
pembangunan → pembangunan-pembangunan
Pengu1angan Sebagian
Pengulangan sebagian ialah proses pembentukan kata dengan cara mengulang sebagian bentuk dasarnya, Perhatikanlah contoh berikut!
tamu → tetamu
laki → lelaki
ditarik → ditarik-tarik
dilemparkan → dilempar-lemparkan
tumbuhan → tumbuh-tumbuhan
Berdasarkan contoh-contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengulangan sebagian pada bentuk dasar bermorfem tunggal, yang diulang hanya suku kata awalnya (lelaki, tetangga). Vokal suku kata yang diulang mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi é pepet (contoh lain: luasa menjadi leluasa; luhur menjadi leluhur). Pengulangan sebagian yang, bentuk dasarnyab bentuk kompleks, cenderung hanya mengulang bentuk asalnya (ditarik-tarik, dilempar-lemparkan, tumbuh-tumbuhan, yang diulang tarik, lempar, tumbuh).
Parera (1982:53) memperkenalkan istilah lain, yaitu bentuk ulang regresif dan bentuk ulang progresif. Pengertian itu akan menjadi jelas dengan melihat korpus berikut.
Bentuk Ulang
| ||
Regresif
|
Bentuk Dasar
|
Progresif
|
Dorong
|
Mendorong
| |
Sepak
|
Menyepak
| |
Tolong
|
Menolong
| |
Mendorong
|
Dorong
| |
Menyepak
|
Nyepak
| |
Terbatuk
|
Batuk
| |
Berbeda
|
Beda
| |
Berganti
|
Ganti
| |
Perlahan
|
Lahan
| |
Pertama
|
Tama
|
Jadi apakah bentuk ulang regresif dan bentuk ulang progresif? Sebuah bentuk ulang disebut bentuk ulang regresif, jika dalam bentuk ulang tersebut dapatt ditemukan atau tampak “dasar kata” (bentuk asal, pen.). Sedangkan bentuk ulang progresif adalah sebuah bentuk ulang yang mengulang sebagian bentuk dasar dan bentuk itu terikat kepada bentuk dasar. Tampak jelas dari contoh-contoh di atas, bentuk dasar yang berafiks meN- pada umumnya mengalami bentuk ulang regresif dan kadang-kadang progresif. Bentuk dasar yang berafiks ter-, ber-, dan per- pada umumnya mengalami bentuk ulang progresif (Parera, 1982:53). Pada bentuk ulang regresif, tampaklah bahwa bentuk dasar yang diulang letaknya di belakang “morfem ulang”, sedangkan bentuk ulang progresif bentuk dasar yang diulang terletak di depan “morfem ulang”.
Pengu1angan Serempak dengan Afiksasi atau Pengulangan Berimbuhan
Pengulangan golongan ini dilakukan dengan cara mengulang seluruh bentuk dasar sekaligus dengan afiksasi dan bersama-sama mendukung satu fungsi dan satu arti. Misalnya kata anak-anakan. Berdasarkan prinsip ke-2, yang menyatakan bahwa ”bentuk dasar kata ulang merupakan satuan atau bentuk yang terdapat dalam bahasa,” kita dapat menentukan bahwa bentuk dasarnya anak, bukan anakan. Anakan tidak terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia,
Berdasarkan penjelasan di atas, kita mencoba mencari proses terbentuknya kata anak-anakan. Pertama bentuk dasar anak-anakan mungkin anak-anak, lalu mendapat imbuhan menjadianak-anakan. Kedua bentuk dasar anak-anakan bentuk dasarnya anak diulang dengan mendapat afiks -an sekaligus.
Berdasarkan faktor arti, alternatif pertama tidaklah mungkin. Pengulangan anak menjadianak-anak mempunyai makna atau arti banyak, sedangkan pada kata anak-anakan makna tersebut tidak ada. Yang ada adalah arti atau makna ‘menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya alternatif ialah kata anak-anakan terbentuk dari bentuk dasar anak yang diulang serempak dengan melekatnya afiks –an. Contoh lainnya lihatlah berikut ini!
kereta → kereta-keretaan
hijau → kehijau-hijauan
cantik → secantik-cantiknya
Dengan melihat contoh di atas, Prawirasumantri (1986:7) merumuskan reduplikasi serempak dengan afiksasi tiga macam yaitu: (1) R-an (Peduplikasi + afiks -an), (2) ke-an (Reduplikasi + afiks ke-an), dan (3) se-R-nya (Peduplikasi + afiks se-nya).
Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem ialah pengulangan seluruh bentuk dasar dengan disertai adanya perubahan fonem bentuk dasar yang diulangnya, baik vokal maupun konsonan. Perhatikan contoh berikut!
gerak → gerak-gerik
serba → serba-serbi
lauk → lauk-pauk
ramah → ramah-tamah
sayur → sayur-mayur
Parera (1982:55) menyebutnya dengan istilah lain yaitu bentuk ulang vokal dan bentuk ulang konsonan. Beliau meninjau dari segi struktur. Bentuk ulang vokal ialah pengulangan terhadap vokal-vokal bentuk dasar sedangkan bunyi-bunyi konsonan mengalami variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi konsonan bentuk dasar. Bentuk ulang konsonan sebaliknya dan bunyi ulaing vocal yaitu pengulangan konsonan-konsonan dan bentuk dasar dan bunyi-bunyi vokal mengalami variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi vokal bentuk dasar. Agar pengertian tersebut jelas, perhatikan contoh-contoh berikut.
Bentuk Dasar
|
Bentuk Ulang
|
Bunyi yang Diulang
| |
Vokal
|
Konsonan
| ||
serbawarnabalikgerakramahlaukcerai
tegap
|
−
−
−
−
ramah-tamah
lauk-pauk
cerai-berai
tegap-begap
|
serba-serbi
warna-warni
bolak-balik
gerak-gerik
−
−
−
−
|
s, r, b
w, r, n
b, l, k
g, r, k
a, a
a, u
e, ai
e, a
|
Dapatlah dilihat bahwa penggolongan ini melihat apa yang diulang. Empat contoh pertama menunjukkan bahwa yang diulang adalah bunyi-bunyi konsonan, bentuk ulangnya disebut bentuk ulang konsonan, (yang diulang adalah a, r, b pada serba-serbi, w, r, n pada warna-warni, b, 1, k pada bolak-balik, g r, k pada gerak-gerik), sedangkan empat contoh berikutny memperlihatkan bahwa yang diulangnya adalah vokal-vokal bentuk dasar, itu termauk bentuk ulang vokal (yang diulangnya ialah: a, a pada ramah-tamah, a, u pada 1auk-pauk, e, ai pada cerai—berai, dan e, a pada tegap-begap).
Bentuk-bentuk Lain yang Mirip Kata Ulang atau Kata Ulang Semu
Perhatikan pula bentuk-bentuk seperti: cumi-cumi, lobi-lobi, ani-ani, kupu-kupu. Bentuk-bentuk ini pun tampaknya seperti kata ulang. Namun kalau kita kaji lebih jauh, bentuk-bentuk seperti ini tidak mempunyai bentuk dasar. Cumi, lobi, ani, kupu tidak ada dalam penggunaan bahasa, oleh karena itu tidak mungkin merupakan bentuk dasar. Bentuk-bentuk seperti teramasuk kata dasar atau kata yang bermorfem tunggal.
Bentuk lain yang sering dikacaukan dengan kata ulang antara lain bentuk-bentuk seperti:simpang-siur, sunyi-senyap, lalu-lalang, beras-petas. Effendi (1958:44), misalnya menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu termasuk kata ulang berubah bunyi. Kalau kita menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu kata ulang, mungkinkah siur, senyap, lalang, dan petas masing-masing perubahan dan simpang, sunyi, lalu, dann beras? Perubahan-perubahan seperti itu sukar dijelaskan dan secara deskriptif hal itu tidak mungkin. Oleh karena itu, Ramlan (1983:51) menggolongkan bentuk-bentuk seperti itu masuk kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, yakni morfem-morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu bentuk tertentu .
Makna Kata Ulang
Makna kata ulang antara lain sebagai berikut:
Kata ulang yang menyatakan banyak (intensitas kuantitatif)
Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Kata ulang yang menyatakan sangat
Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak kooperatif.
Kata ulang yang menyatakan paling
Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga.
Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan
Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.
Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan
Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin
Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.
Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa
Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab
Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
Kata ulang yang menyatakan terus-menerus
Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.
Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)
Kepala adik pusing-pusing.
Kata ulang yang menyatakan beberapa
Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak
Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.
Pemajemukan
Pendapat Ahli
Pemajemukan yaitu proses morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata (Prawirasumantri, 1986:10).
Kata majemuk yakni kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya (Ramlan, 1983:67).
Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung (memberikan) suatu pengertian baru. Kata majemuk tidaklah menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata tersebut bersama-sama membentuk suatu makna (Badudu, 1976:8).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemajemukan merupakan proses penggabungan dua buah bentuk dasar atau lebih yang berbeda untuk menghasilkan sebuah kata baru.
Ciri-ciri Kata Majemuk
Ramlan (1983:67), Prawirasumantri (1986:11), dan Ahmadslamet (1982:66) menerangkan, sekilas kata majemuk sukar dibedakan dan bentuk lingual atau satuan gramatik yang berupa konstruksi predikatif, yakni suatu konstruksi yang terdini atas subjek dan predikat, dan konstruksi endosentris yang atributif yakni frase yang rnempunyai distribusi yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya.
Agar perbedaannya jelas, analisislah bentuk kamar mandi dan adik mandi. Tampaknya dua bentuk tersebut sama, karena sama-sama dibangun oleh KB + KK. Akan tetapi kalau kita analisis, kedua bentuk tersebut mempunyai sifat yang berbeda. Bentuk kamar mandi bukanlah konstruksi predikadif atau frase endosentris yang atributif, tetapi merupakan sebuah kata benda. Berbeda dengan bentuk adik mandi , ia merupakan sebuah konstruksi predikatif (adik sebagai subjek danmandi sebagai predikat). Kamar mandi termasuk kata majemuk, sedangkan mandi bukan kata majernuk. Berdasarkan penjelasan di atas, Ramlan (1983:69) mengemukakan ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:
Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk.
Pokok kata yaitu bentuk lingual atau satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatis tidak memiliki sifat bebas tetapi dapat dijadikan bentuk dasar sutu kata kompleks. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah termasuk kata majemuk. Contohnya: kolam renang, medan tempur, temu karya, tanggung jawab.
Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin
diubah strukturnya.
Untuk memperjelas ciri tersebut, perhatikanlah dan bandingkan bentuk-bentuk yang berada dalam korpus.
I
|
II
|
Kamar mati | Tikus mati |
Meja makan | Adik makan |
Rumah sakit | Burung sakit |
Kaki tangan | Kaki dan tangan |
Kamar kecil | Kamar yang kecil |
Tangan kanan | Tangan yang kanan |
Bentuk-bentuk yang ada pada lajur I merurakan kata majemuk, sedangkan lajur II bukan kata majemuk. Bentuk kamar mati tidak dapat dipisahkan. menjadi kamar yang mati, begitu pula. dengan meja dengan meja makan, rumah sakit, kaki tangan, kamar kecil, tangan kanan. Bentuk-bentuk itu juga tidak dapat ditukar tempatnya menjadi mati kamar, makan meja, sakit rumah dan seterusnya. Bentuk-bentuk kaki tangan, kamar kecil, dan tangan kanan mungkin bisa dipisahkan oleh bentuk atau satuan yang atau dan seperti terlihat pada kolorn II, namun arti atau makna yang dikandungnya akan berubah sama sekali. Tangan kanan pada lajur I artinya ‘orang kepercayaan’ sedangkan tanan (yang) kanan pada lajur II artinya “anggota badan dari siku ke ujung jari yang ada di sebelah kanan’. Bentuk-bentuk yang ada pada lajur I itulah yang disebut dengan kata majemuk.
Akhirnya, perlu disinggung lagi di sini bentuk yang terdiri atas bantuk dasar dan morfem unik yakni morfem yang tidak pernah hadir dalam pemakaian bahasa kecuali dalam keadaan berkombinasi dengan bentuk tertentu. Gabungan seperti itu disebut kata majemuk yang salah satu bentuk dasarnya berupa morfem unik. Contoh kata majemuk. yang mengandung morfem unik ialah tumpah ruah, simpang siur, sunyi senyap, terang benderang, gelap gulita, lalu lalang, kering kerontang, tua bangka, tua renta, muda belia. Tentukan mana yang termasuk morfem uniknya?
Lebih terinci Keraf (1982:125) menyatakn ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:
1) Gabungan itu membentuk suatu arti.
2) Gabungan itu dalam hubungannnya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik
keterangan-keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
3) Biasa terdiri atas kata-kata dasar.
4) Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5) Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum
DM (Diterangkan mendahului menerangkan).
Macam-macam Kata Majemuk
Kata majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata majemuk endosentris dan eksosentris. Kata majemuk endosentris yaitu kata majemuk yang konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsurnya. Kata majemuk eksosentris, sebaliknya, yaitu kata majemuk yang konstruksinya itu berlainan distribusinya dan salah satu unsurnya (Samsuri, 1982:200). Untuk menjelaskan hal itu, beliau mengemukakan contoh bentukan rumah sakit dan jual beli, yang kedua-duanya merupakan kata majemuk. Yang pertama kata majemuk endosentris, sedangkan yang kedua eksosentris. Perhatikanlah:
l) a.Rumah sakit itu baru dibangun.
b.Rumah itu baru dibangun.
Melihat contoh di atas, jelaslah bahwa rumah berdistribusi sama dengan rumah sakit, sehingga selain kalimat l.a. kalimat 1.b. pun ada dalam bahasa Indonesia. Dengan perkatan lain satuan rumah dapat menggantikan satuan rumah sakit.
2) a. Kedua orang itu mengadakan jual beli.
b. Kedua orang itu mengadakan jual. *)
c. Kedua orang itu mengadakan beli. *)
Tanda *) berarti kalimat 2.b. dan 2,c. tidak ada dalam bahasa Indonesia. Jelaslah distribusi jual beli berlainan distrubusinya dengan jual ataupun beli. Itulah yang disebut kata majemuk eksosentris.
Kata majemuk endosentris dapat dibedakan menjadi: kata majemuk koordinatif yaitu kata majemuk yang unsur-unsurnya mempunyai hubungan yang setara atau sederajat, misalnya: budi bahasa (Suwarso, 1979:38); kata majemuk atributif atau subordinatif yaitu kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi penjelas atau atribut unsur lainnya, misalnya: rumah sakit, orang tua (Suwarso, 1979:38) ; dan kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, misalnya: lalu lalang (Ramlan, l983:50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar